Senin, 22 Agustus 2011

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TONSILITIS


TONSILITIS

A.    DEFINISI
Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. ( Ngastiyah,1997 )

B.     ETIOLOGI
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini yaitu :
1.       Streptokokus Beta Hemolitikus
2.       Streptokokus Viridans
3.       Streptokokus Piogenes
4.       Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet infections )

C.    PROSES PATOLOGI
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.




D.    PATHWAYS
 

E.     MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
1.      nyeri tenggorok
2.      nyeri telan
3.      sulit menelan
4.      demam
5.      mual
6.      anoreksia
7.      kelenjar limfa leher membengkak
8.      faring hiperemis
9.      edema faring
10.  pembesaran tonsil
11.  tonsil hiperemia
12.  mulut berbau
13.  otalgia ( sakit di telinga )
14.  malaise

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1.       Leukosit : terjadi peningkatan
2.       Hemoglobin : terjadi penurunan
3.       Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

G.    KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik adalah :
1.       tonsilitis kronis
2.       otitis media


H.    PENATALAKSANAAN
Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah :
1.       penatalaksanaan medis
·          antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin, eritromisin dll
·          antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
·          analgesik
2.       penatalaksanaan keperawatan
·          kompres dengan air hangat
·          istirahat yang cukup
·          pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
·          kumur dengan air hangat
·          pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien

I.       FOKUS PENGKAJIAN
1.       keluhan utama
sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
2.       riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek terapi dll
3.       riwayat kesehatan lalu
·          riwayat kelahiran
·          riwayat imunisasi
·          penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media )
·          riwayat hospitalisasi
4.       pengkajian umum
usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll
5.       pernafasan
kesulitan bernafas, batuk
                  ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
·          T0 : bila sudah dioperasi
·          T1 : ukuran yang normal ada
·          T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
·          T3 : pembesaran mencapai garis tengah
·          T4 : pembesaran melewati garis tengah
6.       nutrisi
sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum, turgor kurang
7.       aktifitas / istirahat
anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
8.       keamanan / kenyamanan
kecemasan anak terhadap hospitalisasi

J.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada tonsilitis akut adalah :
1.       hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil
2.       nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
3.       resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya anoreksia
4.       intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
5.       gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi pada tuba eustakii

K.    FOKUS INTERVENSI
1.       DP : hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil
Intervensi :
·          Pantau suhu tubuh anak ( derajat dan pola ), perhatikan menggigil atau tidak
·          Pantau suhu lingkungan
·          Batasi penggunaan linen, pakaian yang dikenakan klien
·          Berikan kompres hangat
·          Berikan cairan yang banyak ( 1500 – 2000 cc/hari )
·          Kolaborasi pemberian antipiretik
2.       DP : nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
Intervensi :
·          Pantau nyeri klien(skala, intensitas, kedalaman, frekuensi )
·          Kaji TTV
·          Berikan posisi yang nyaman
·          Berikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang melalui hidung dan mengeluarkannya pelan – pelan melalui mulut
·          Berikan tehnik distraksi untuk mengalihkan perhatian anak
·          Kolaborasi pemberian analgetik
3.       DP : resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya anoreksia
      Intervensi :
·          Kaji conjungtiva, sclera, turgor kulit
·          Timbang BB tiap hari
·          Berikan makanan dalam keadaan hangat
·          Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi seringsajikan makanan dalam bentuk yang menarik
·          Tingkatkan kenyamanan lingkungan saat makan
·          Kolaborasi pemberian vitamin penambah nafsu makan
4.       DP : intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
Intervensi :
·          Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
·          Observasi adanya kelelahan dalam melakukan aktifitas
·          Monitor TTV sebelum, selama dan sesudah melakukan aktifitas
·          Berikan lingkungan yang tenang
·          Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi klien
5.       DP : gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi pada tuba eustakii
Intervensi :
·          Kaji ulang gangguan pendengaran yang dialami klien
·          Lakukan irigasi telinga
·          Berbicaralah dengan jelas dan pelan
·          Gunakan papan tulis / kertas untuk berkomunikasi jika terdapat kesulitan dalam berkomunikasi
·          Kolaborasi pemeriksaan audiometri
·          Kolaborasi pemberian tetes telinga


 DAFTAR PUSTAKA

1.      Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

2.      Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999

3.      Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001

4.      R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ; 1997


Minggu, 21 Agustus 2011

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HERNIA


HERNIA

A.    Definisi
-          Adalah suatu benjolan/penonjolan isi perut dari rongga normal melalui lubang kongenital atau didapat(1).
-          Adalah penonjolan usus melalui lubang abdomen atau lemahnya area dinding abdomen (3).
-          Is the abnormal protrusion of an organ, tissue, of part of an organ through the structure that normally cotains it (1).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan dari isi perut dalam rongga normal melalui lubang yang kongenital ataupun didapat.

B.     Etiologi

Hernia dapat terjadi karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, atau akibat tekanan rongga perut yang meninggi (2).

C.    Klasifikasi
1.       Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis dan sebagainya.
2.       Urut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.
3.       Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis dan sebagainya).
Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia obturatoria).
4.       Causanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan sebagainya.
5.       Keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata, hernia strangulata.
6.       Nama penemunya :
a.       H. Petit (di daerah lumbosakral)
b.       H. Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominis bagian lateral.
c.       H. Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
7.       Beberapa hernia lainnya :
a.       H. Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh rasa epigastrika inferior.
b.       H. Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap.
c.       H. Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.

D.    Tanda dan Gejala
Umumnya penderita menyatakan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan.bnjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.


      Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diameter anulus inguinalis

E.     Penatalaksanaan
-          Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi.
-          Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
-          Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois “end to end”.

F.     Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul (3)
1.       Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan.
Hasil yang diperkirakan : dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif klien tentang ketidaknyamanan menurun seperti ditunjukkan skala nyeri.
Indikator objektif seperti meringis tidak ada/menurun.
a.       Kaji dan catat nyeri
b.      Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan mengangkat benda yang berat.
c.       Ajarkan bagaimana bila menggunakan dekker (bila diprogramkan).
d.      Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum/kompres es yang sering diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri.
e.       Berikan analgesik sesuai program.

2.       Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen. Hasil yang diperkirakan : dalam 8-10 jam pembedahan, pasien berkemih tanpa kesulitan. Haluaran urine ³ 100 ml selama setiap berkemih dan adekuat (kira-kira 1000-1500 ml) selama periode 24 jam.
a.       Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat berkemih.
b.       Pantau haluarna urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering < 100 ml dalam suatu waktu.
c.       Permudah berkemih dengan mengimplementasikan : pada posisi normal untuk berkemih rangsang pasien dengan mendengar air mengalir/tempatkan pada baskom hangat.

3.       Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya hernia dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka. Hasil yang diperkirakan : setelah  instruksi, pasien mengungkapkan pengetahuan tentang tanda dan gejala komplikasi GI dan menjalankan tindakan yang diprogramkan oleh pencegahan.
a.       Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap, mual dan muntah, demam dan distensi abdomen, yang dapat memperberat awitan inkarserasi/strangulasi usus.
b.      Dorong pasien untuk mengikuti regumen medis : penggunaan dekker atau penyokong lainnya dan menghindari mengejan meregang, konstipasi dan mengangkat benda yang berat.
c.       Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diit tinggi residu atau menggunakan suplement diet serat untuk mencegah konstipasi, anjurkan masukan cairan sedikitnya 2-3 l/hari untuk meningkatkan konsistensi feses lunak.
d.      Beritahu pasien mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan mengangkat.

  1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan sekunder post operasi
Hasil yang diperkirakan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, rasa nyeri berkurang sampai hilang
    1. Kaji karakteristik nyeri
    2. Ajarkan pasien teknik relaksasi panas dalam
    3. Atur posisi yang nyaman
    4. Monitor tanda – tanda vital
    5. Kolaburasi dokter untuk pemberian analgetik

  1. intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
hasil yang diperkirakan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam aktifitas pasien tidak terganggu
    1. Bantu pasien dalam melakukan ROM aktif dan pasif
    2. Bantu dalam hal pemenuhan kebutuhan pasien
    3. Kaji tingkat kemampuan pasien
    4. Anjurkan pasien untuk beraktifitas

  1. resti infeksi berhubungan dengan adanya luka post operasi
hasil yang diperkirakan: setelah dilakukan tindakan keperawatan, infeksi tidak terjadi
    1. Kaji luka pasien
    2. Monitor tanda-tanda vital pasien
    3. Ganti balut setiap hari dengan teknik steril
    4. Monitor hasil laboratorium (Hb, Leko, Trombosit)
    5. Kolaburasi dokter untuk pemberian antibiotik

DAFTAR PUSTAKA


1.      Core Principle and Practice of Medical Surgical Nursing. Ledmann’s.
2.      Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.
3.      Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.
4.      Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin Lockhart. Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba  Media. Edisi I. 2002.
5.      Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar UI. FK UI.